Masalah Gen Z Nganggur Tak Hanya di RI, Jepang-Jerman-AS Sama!
22 May 2024 - oleh : KarirJepang.id
22 May 2024 - oleh : KarirJepang.id
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas mengungkapkan masalah banyaknya pengangguran di kalangan anak muda tak hanya terjadi di Indonesia. Negara-negara maju seperti Jepang, Jerman dan Amerika Serikat ternyata juga menghadapi masalah serupa.
Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Maliki mengatakan Jepang sempat mengalami masalah membludaknya generasi muda yang emoh bekerja. Dia mengatakan penyebab fenomena itu adalah para anak muda di Jepang masih menggantungkan hidupnya dari orang tua.
"Di Jepang sempat cukup tinggi dengan alasan mereka sangat nyaman dengan kondisi rumahnya, akhirnya tidak mau bekerja, " kata Maliki kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa, (20/5/2024).
Sementara di Jerman, kata dia, masalahnya bersumber dari program kesejahteraan, yakni tunjangan untuk pengangguran. Dia mengatakan gara-gara tunjangan ini, anak muda justru banyak yang memilih menganggur.
Maliki mengatakan untuk mengatasi masalah ini, kedua negara akhirnya memperketat kebijakan terkait tunjangan untuk pengangguran. Di Jerman misalnya, pemerintah mengontrol dengan ketat jumlah pemuda yang sudah lulus sekolah untuk langsung dimasukkan ke pekerjaan. "Kontrolnya cukup besar untuk mengindari moral hazard," kata dia.
Sebelumnya, banyaknya anak muda yang tidak memiliki pekerjaan ataupun kegiatan di Indonesia menuai sorotan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada 2023 terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET). Dari 9,9 juta orang tersebut, 5,73 juta orang merupakan perempuan muda sedangkan 4,17 juta orang tergolong laki-laki muda.
Kebanyakan dari mereka adalah Gen Z yang harusnya tengah di masa produktif. Gen Z merupakan generasi yang lahir pada 1997-2012. Mereka sekarang berusia 12-27 tahun. Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang berstatus NEET di Indonesia mencapai 22,25% dari total penduduk usia 15-24 tahun secara nasional.
Maliki mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya anak muda di Indonesia masuk golongan NEET. Faktor pertama, kata dia, adalah para pemuda itu merasa tidak percaya diri untuk melamar kerja, karena sudah terlalu lama menganggur.
Selain itu, dia juga menduga anak muda tersebut kesulitan menemukan pekerjaan yang cocok dengan pendidikannya. Sementara, sebagian lainnya masih bingung antara meneruskan sekolah atau langsung bekerja.
"Di Indonesia saya kira lebih kepada discourage worker ataupun lulusan yang masih mencari-cari, atau berpikir kira-kira saya mau sekolah atau melanjutkan bekerja," kata dia.
Maliki mengatakan kondisi di Indonesia itu mirip dengan yang terjadi di Amerika Serikat maupun India. Dia mengatakan di negeri Paman Sam itu para pemuda sulit mendapatkan kerja karena ketatnya persaingan. Walhasil, para pemuda lulusan jurusan yang tidak populer kesulitan mencari pekerjaan dan berakhir menganggur.
Sumber;
https://www.cnbcindonesia.com/