Kelompok Pendidikan Desak Tindakan terhadap Retorika "Japanese First" di Sekolah
29 Aug 2025 - oleh : KarirJepang.id
29 Aug 2025 - oleh : KarirJepang.id
TOKYO – Kelompok pendukung pendidikan mendesak para pendidik untuk mengambil langkah dalam melawan diskriminasi terhadap anak-anak dengan latar belakang asing, dengan memperingatkan potensi penyebaran retorika politik "Japanese First" dari partai populis sayap kanan Sanseito di lingkungan sekolah.
Seiring dengan meningkatnya dukungan terhadap partai tersebut di kalangan anak muda dan keberhasilannya meraih beberapa kursi dalam pemilu Majelis Tinggi bulan lalu, sebuah kelompok nasional yang terdiri dari guru dan pendidik mengeluarkan pernyataan menentang slogan tersebut. Mereka menilai slogan itu bersifat diskriminatif dan berpotensi menormalisasi retorika yang meminggirkan kelompok tertentu.
Slogan itu sendiri telah banyak dikritik sebagai bentuk xenofobia.
Dalam pernyataan yang dirilis saat pertemuan kelompok itu di Prefektur Okayama, Jepang barat, awal bulan ini, mereka menyerukan kepada dewan pendidikan di seluruh negeri untuk mengambil langkah-langkah mencegah diskriminasi.
Kelompok tersebut aktif mendukung siswa dengan kewarganegaraan asing atau yang memiliki akar keluarga asing, termasuk juga mendukung orang tua mereka.
Sementara itu, organisasi nirlaba Metanoia, yang mengelola kelas bahasa Jepang di wilayah seperti Kawaguchi, Prefektur Saitama — daerah dengan banyak penduduk asing — merilis seperangkat panduan tentang cara melindungi anak-anak dari diskriminasi.
Dalam panduannya, Metanoia menekankan bahwa jika seorang anak mengucapkan komentar yang tidak sensitif, orang tua maupun guru tidak hanya perlu menjelaskan bahwa ucapan itu diskriminatif, tetapi juga mencatat komentar tersebut untuk dijadikan bahan diskusi dan evaluasi di kemudian hari.
Organisasi itu, melalui situs webnya yang diperbarui pekan lalu, juga menyarankan para pendidik untuk berempati serta memberikan dukungan moral kepada anak yang mengalami perundungan terkait etnisitas.
Ketua Metanoia, Atsushi Funachi, menyatakan keprihatinannya bahwa anak-anak yang mengalami diskriminasi sejak sekolah dasar akan terus mengingat rasa sakit itu ketika mereka tumbuh dewasa dan berpindah ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.
Bahkan sebelum pemilu, sudah ada laporan mengenai kasus perundungan terhadap anak-anak dengan latar belakang asing. Salah satunya adalah kasus anak keturunan Kurdi yang dilecehkan dengan ucapan “pulanglah ke negara asalmu.”
Komunitas Kurdi cukup besar di Kawaguchi, dan keberadaan mereka terkadang menjadikan mereka sasaran ujaran kebencian.
“Kami berharap gagasan tentang hidup berdampingan dengan orang-orang dari latar belakang berbeda, serta saling menghormati, dapat semakin meluas,” ujar seorang pejabat Metanoia.
Sumber;
https://english.kyodonews.net/